
Membaca Pikiran Anak Dengan Gangguan Dengar Dapat Berefek Negatif?
Apakah orang tua yang selalu membaca pikiran anak dengan gangguan dengar, telah melakukan yang sebaiknya dilakukan untuk tumbuh kembang mereka?
Ketika seorang anak dengan gangguan dengar masih sangat kecil, dan ia belum bisa berbicara banyak hal, terkadang orang tua, atau orang-orang di sekitar sang anak lebih banyak pro aktif untuk bertindak sesuatu, sesuai dengan apa yang dikehendaki anak, dengan membaca tanda-tandanya. Misalnya, saat anak batuk, orang tua dengan sigap membawakannya minuman. Saat anak menangis, orang tua lantas mengambilkannya mainan, atau menghidupkan televisi, dan sebagainya. Hal ini bisa dikatakan sebagai cara orang tua membaca pikiran anak.
Membaca pikiran pada anak dengan gangguan dengar, adalah sebuah cara mengantisipasi keinginan anak dengan cepat, dan mengambil tindakan atas keinginan tersebut, tanpa memberikan kesempatan untuk anak mengatakan sesuatu, untuk meminta tolong terlebih dahulu. Untuk bayi, hal ini tentu sah-sah saja. Namun, pada anak yang lebih besar, seperti balita atau batita, ini bisa menjadi bumerang di kemudian hari.
Berikut beberapa contoh aktivitas dimana orang tua berupaya membaca pikiran sang anak:
Anak mencoba untuk membuka botol minuman mineral
Ibu : Sini, biar mama yang buka botolnya (mengambil tindakan)
Anak mencoba mengambil mainan yang posisinya sedikit lebih tinggi
Ayah : Biar ayah ambilkan mainannya (mengambil tindakan)
Hampir rata-rata orang tua memang berupaya dengan keras memberikan yang terbaik untuk si buah hati, menjaga mereka agar tidak terluka atau bahkan menangis. Namun, tanpa kita sadari, apa yang kita lakukan justru membuat mereka menjadi pasif. Sikap yang terlalu cepat sekali mengambil tindakan untuk memenuhi kebutuhan anak, justru membuat mereka tidak menemukan apa yang mereka butuhkan di kemudian hari.
Dalam sebuah website yang banyak membagi ilmu tentang Auditory Verbal Therapy (AVT), dibahas satu hal yang sangat menarik tentang pola membaca pikiran pada anak dengan gangguan dengar ini. Disebutkan dalam website tersebut, anak-anak membutuhkan sebuah kesulitan untuk membuat mereka tumbuh. Mereka perlu memecahkan tantangan untuk membuat mereka cerdas. Ketika orang tua tidak memberikan kesempatan pada mereka untuk berusaha, seperti meminta tolong dengan bersuara, bagaimana kita bisa mengembangkan kemampuan mereka dan mengajarkan mereka untuk kuat?
Menurut penulis yang juga merupakan terapi AVT, banyak orang tua yang memiliki anak dengan gangguan dengar sangat sigap untuk mencover kebutuhan anak dalam berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya saja, ketika seseorang menanyakan kepada sang anak “buah apa yang kamu suka?”, lantas orang tua langsung akan menjawab “oh, dia suka buah apel!”. Bertindak dengan cara seperti ini disebutkan sebagai satu cara yang tidak disadari oleh orang tua, bahwa mereka telah merampas kemampuan anak untuk mengeluarkan suara untuk berpendapat.
Dengan melakukan hal ini, bisa jadi anak dengan gangguan dengar justru akan berpikir, jika semuanya bisa diselesaikan dengan sigap, tanpa mereka harus bersuara, mengapa mereka harus bersusah payah belajar mendengar dan berbicara? Memang benar, membaca pikiran anak penting, karena ini adalah cara untuk orang tua mengetahui bahwa kebutuhan anak bisa terpenuhi. Namun, pada beberapa kondisi, penerapannya harus bisa disesuaikan dan diarahkan untuk kemajuan sang anak sendiri ke depannya.
Leave a Reply