102016Jun
Kafe Finger Talk, Membangun Bisnis Kuliner Bersama Penyandang Tunarungu

Kafe Finger Talk, Membangun Bisnis Kuliner Bersama Penyandang Tunarungu

Kafe Finger Talk, sebuah kafe yang bukan sekadar menyajikan menu makanan, tetapi juga menyajikan bentuk lain dari sebuah pelayanan. Di sini, penyandang tunarungu yang akan melayani Anda dengan penuh semangat!

Sebuah kafe di bilangan Pamulang, Jakarta Selatang menjadi bukti bahwa, di tengah keterbatasan ada banyak kelebihan yang bisa diunggulkan oleh seseorang. Ya, Kafe Finger Talk, yang didirikan oleh seorang lulusan bisnis Administrasi Ritsmumeikan Asia Pacific University (APU), Jepang, membuktikan bahwa penyandang tunarungu pun bisa menjadi bagian dalam sebuah bisnis kuliner.

Adalah Dissa Syakina Ahdanisa, wanita berusia 25 tahun ini merupakan pendiri dari Kafe Finger Talk. Dikutip dari berbagai sumber, Dissa bukanlah seorang tunarungu, namun ia memiliki kepedulian yang besar terhadap nasing penyandang tunarungu di Indonesia. Terinspirasi dari sebuah kafe yang memperkerjakan karyawan dengan gangguan dengar di luar negeri, Dissa pun membawa pengalamannya ke Indonesia.

Saat ini, sekitar 5 orang pegawai, yang kesemuanya adalah tunarungu, telah dipekerjakan oleh Dissa. Mereka semua adalah, Frsica (25) sebagai juru masak yang erasal dari Bali, Nurul (20) yang berasal dari Bandung, Wawan (27) asal Jember, Sari (30) asal Bandung, dan Santi (31) asal Pamulang.

Membangun Komunikasi Pemilik dan Pegawai

Dari sumber detik.com, disebutkan bahwa, pada awalnya memang terjadi kesulitan dalam membangun komunikasi. Masing-masing karyawan memiliki cara mereka sendiri dalam berkomunikasi dengan Bahasa isyarat. Ada yang menggunakan isyarat gaya Amerika, ada yang menggunkan BISINDO, dan lain sebagainya. Namun, semakin mereka menyatu, semakin saling memahami.

Memang benar, berkomunikasi dengan penyandang tunarungu, membutuhkan skill tambahan. Terlebih jika, dalam keseharaian mereka, mereka lebih sering berkomunikasi dengan Bahasa isyarat. Bukan hanya komunikasi antara penyandang tunarung dan yang tidak tunarungu yang membuthkan banyak adaptasi, tetapi juga antar sesame mereka yang tunarungu pun membutuhkan penyesuaian.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *