262017Jan
Membentuk Karakter Anak Tunarungu dengan Musik

Membentuk Karakter Anak Tunarungu dengan Musik

“Ketika anak bisa bermain instrumen musik, [erlahan mereka akan mulai mengenal diri mereka sendiri,”
– Ananda Sukarlan-

Sampai saat ini, mungkin sebagian besar orang tua yang memiliki anak dengan gangguan dengar, masih sangsi akan kemampuan bermusik anak-anak mereka. Keterbatasan mendengar menjadi salah satu alasan utama orang tua menyebutkan bahwa, saya tidak mungkin menjadikannya pemain musik. Lebih mendominankan fungsi visual anak menjadi pilihan yang paling banyak diambil oleh para orang tua. Padahal, musik adalah salah satu cara untuk membentuk karakter anak, baik dengan gangguan dengar atau pun tanpa gangguan dengar.

Tak mengherankan, tidak banyak dari kita bisa mengenal pemusik-pemusik yang lahir dari anak-anak tunarungu kongenital. Beberapa pemusik yang memang memiliki masalah pendengaran, masalah pendengaran tersebut justru hadir saat mereka sudah menjadi pemusik terlebih dahulu. Artinya paparan bisinglah yang perlahan menurunkan fungsi pendengaran mereka.

Mindset yang dianut banyak orang ini dicoba dibongkar oleh seorang pianis muda Indonesia, Ananda Sukarlan. Pemilik Yayasan Sastra Musik Indonesia mencoba untuk keluar dari pemikiran orang banyak, dan berani berpikir bahwa, justru membentuk karakter anak dapat dimulai dari usia sekolah dasar, dengan berbasis seni. Mereka sudah selayaknya mendapatkan pendidikan karakter berbasis musik, tak terkecuali anak dengan keterbatasan pendengaran.

Kita bisa melihat Delia Marsya Ayu Lestari, salah satu anak didik Ananda Sukarlan yang terlahir dengan gangguan dengar, namun mampu memainkan biola dengan baik. Gangguan dengar yang diderita Marsya terbilang profound atau sangat berat. Namun, Ananda Sukarlan bisa membuktikan jika keterbatasan yang dimiliki Marsya tidak menghalanginya untuk bermusik dengan baik.

Dalam sebuah acara Pendidikan Karakter Anak oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang diselenggarakan pada tanggal 16 Januari 2017 di Musium Nasional Jakarta, Ananda Sukarlan sempat memberikan beberapa point penting tentang bagaimana musik dapat membentu karakter anak. Dalam statementnya di acara tersebut, Ananda mencoba meyakinkan peserta bahwa tujuannya seseorang belajar musik tidak lantas untuk membentuknya menjadi pemusik atau menjadi seniman musik. Belajar musik berfungsi untuk mengaktifkan berbagai sisi otak si anak. Setelah ia mulai mengenali kemampuan mereka, mereka pun akan menjadi lebih peka. Kepekaan inilah yang akan dimanfaatkan untuk pembelajaran yang lain,” Tutur Ananda.

Ananda pun merasa sangat yakin jika bermain musik bukan hanya hak dari anak-anak yang bisa mendengar dengan baik saja, atau yang bisa melihat dengan baik saja. Banyak anak-anak dengan gangguan pengelihatan di dunia yang kemudian bisa menjadi pianis hebat, begitupun anak-anak dengan keterbatasan pendengaran yang sukses menjadi pianis atau pun pemain biola. Ini yang mendorong semangat Ananda Sukarlan untuk menemukan bakat-bakat tersebut di Indonesia.
“Walaupun memiliki keterbatasan dalam pendengaran dan pengelihatan, tidak menghalangi seorang anak untuk bisa mengolah dan melatih rasa dengan musik. “Musik itu sangat bertenaga, dan ia mampu untuk mengatasi hambatan-hambatan fisik yang dimiliki seseoranng. Anak-anak dengan keterbatasan yang bisa bermain musik, ia juga akan menjadi lebih percaya diri, kemampuan mendengarnyapun akan lebih terasah dan tentu saja kemampuan sosialisasi dalam kelompok pun semakin bagus,” tambahnya.

Lalu, bagaimana cara agar anak-anak dengan keterbatasan ini bisa bermain musik? Intinya adalah berlatih. Bermain musih ini sangat berhubungan dengan keteraturan dan rutinitas berlatih. “Setiap anak harus belajar setiap hari atau setidaknya dua hari sekali untuk benar-benar mencapai kemajuan dalam bermusik,” tuturnya.

Kami rasa Ananda Sukarlan tidak perlu banyak bicara tentang hasil anak didiknya dari yang memiliki keterbatasan mendengar, yang berhasil bermain musik dengan baik. Delia Marsya Ayu Lestari sudah menjadi salah satu contohnya.
Untuk orang tua lain yang memiliki anak dengan gangguan dengar, mudah-mudahan hal ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi, bahwa tanpa mencoba Kita tidak pernah tau apakah anak-anak kita punya kemampuan untuk mengembangkan jiwa seninya dalam bermusik atau tidak.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *