Pemeriksaan Tinitus, Apa Fungsi dan Manfaatnya?
Tinitus memang banyak dialami olah masyarakat. Sebagian masyarakat telah mulai beradaptasi dengan masalah tinitus tersebut, sehingga tidak lagi membutuhkan terapi khusus. Bagi mereka yang masih perlu terapi tinitus, maka mereka juga harus menjalani serangkaian pemeriksaan tinitus, agar keputusan terapi yang diambil nantinya maksimal.
Tinitus, atau persepsi mendengar bunyi tanpa ada stimulus dari luar merupakan kondisi yang kerap dialami banyak orang, tidak hanya pada orang dengan masalah pendengaran. Seperti yang telah disebutkan oleh DR. Widayat Alviandi, Sp. THT, dalam Continuing Professional Development Program X (CPDP) Rumah Sakit Cipto Mangunsumo, yang diselenggarakan tahun 2016, disebutkan bahwa sekitar 70 orang dalam sebulan mengunjungi RSCM dengan keluhan tinitus. Dari data ini, dapat terlihat bagaimana tinitus telah menjadi problem, dimana pada sebagian orang yang mengalaminya amatlah mengganggu.
Secara gamblang perihal tinitus dijelaskan panjang lebar dalam pertemuan ilmiah yang dihadirkan setiap setahun sekali. Menurut Prof. Dr. dr. Jenny Bashiruddin, SpTHT-KL, salah satu pembicara dalam acara ini, tinitus merupakan sebuah persepsi mendengar bunyi tanpa adanya stimulus dari luar. Tinitus sendiri bukanlah sebuah penyakit, namun kondisi ini sering ditemukan di masyarakat. Pemeriksaan tinitus yang komprehensi menjamin seseorang dengan tinitus bisa memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Dari data statistik yang disebutkan oleh Prof Dr. Jenny, dikatakan bahwa sekitar 12% tinitus diderita oleh orang dengan usia 60 tahun. Pada usia 20 -30 tahun, sekitar 5% orang mengalami kondisi tinitus. Dari sekian banyak kejadian tinnitus, 5%-15% persennya mengalami tinitus yang menetap dan hanya 1% – 3% yang mengganggu.
Leave a Reply