Ini Suara Pertama Mirza
Kadang-kadang aku meneteskan air mata, karena kaget dan takut. Tapi, lama kelamaan aku mengerti terapi itu bukan untuk menyakitiku, tetapi justru membantu aku untuk mengucapkan kata dengan benar.
Aku memiliki gangguan pendengaran berat. Di usiaku yang ke 4 tahun saat ini, alhamdulillah aku sudah memakai alat bantu dengar. Bundaku selalu berupaya agar aku bisa mendengar dan berkata-kata. Saat ini, Bunda juga telah memasukan aku terapi di salah satu pusat tumbuh kembang anak.
Oya, ketika bundaku memasukan aku terapi wicara pertama kali, aku memberontak di dalam ruangan terapi tersebut. Aku sedih, aku menangis, sesekali aku berupaya memanjat untuk bisa membuka pintu, dan keluar dari sesi terapi tersebut. Aku tidak ingin berpisah dari bunda dan juga tak ingin berada bersama orang-orang asing yang baru aku lihat di dalam ruangan tersebut. Selama satu minggu hal tersebut berlangsung, aku baru benar-benar paham apa tujuan Bunda memasukan aku terapi wicara.
Aku pun berusaha untuk dekat dengan terapis. Dan, memang ternyata terapis ku sangatlah baik hati. Dia sangat perhatian, dan juga semangat mengajariku untuk bersuara dan mengeluarkan kata-kata. Walau kadang sesekali spatel mengganjal lidahku, untuk membantu aku mengeluarkan kata dengan benar. Kadang-kadang aku meneteskan air mata, karena kaget dan takut. Tapi, lama kelamaan aku mengerti hal itu bukan untuk menyakitiku, tetapi justru membantu aku untuk mengucapkan kata dengan benar.
Sesekali aku juga menikmati massage therapy atau terapi pijat. Awalnya rasanya kaget, sampai kadang-kadang aku mengakukan wajahku dengan mengeryitkan kening. Aku baru tau, terapi ini akan membantu ku agar mulut dan rahangku tidak kaku, dan tentu saja sekaligus untuk memperlancar dalam mengeluarkan suara atau kata.
Hari demi hari berlangsung dengan rutinitas yang sama, aku mulai terbiasa, aku semakin mandiri dan semangat pergi terapi. Dan, sekarang aku senang karena aku bisa berkata. Ya, memang belum terlalu banyak kata yang aku keluarkan. Tapi aku senang karena aku bisa menyebutkan banyak angka seperti (s)aatuu, (d)uaaa, (ti)gaaa, atau kata-kata lain seperti (m)auuu, a(p)a, bubling mamamama…babababa dan sebagainya.
Sesekali Bunda juga mengajakku ke kolam ikan, sambil menunjuk ke kolam ia mengatakan “ikaaann”. Akupun mengulangi kata-kata tersebut, “(i)kaaan”! Bagiku aktivitas ini seru sekali, aku terus berteriak sambil menunjuk ikan-ikan tersebut. Aku senang, senaang sekali! Sekarang aku mulai percaya diri. Apalagi saat ini pun aku sudah sekolah play group dan bertemu teman-teman baru. Mereka ada yang cerewet, ceria, baik dan mau mengajariku banyak hal. Guru-guru di sekola juga sangat sabar dan memahami aku yang memiliki gangguan pendengaran ini.
Satu kata yang ingin aku ucapkan, terimakasih Ayah dan Bunda juga terapis, serta para guru dan teman-teman semua. Inilah kisah pendek dari aku yang memiliki gangguan pendengaran. Aku akan terus berusaha agar kelak bisa lancar berkata-kata seperti teman-teman semua.
Aamiin.
Ditulis oleh : Ivon Yulianti
Dipublikasikan pertama kali di FanPage International Hearing Center dan Account Name International Hearing Center
Leave a Reply