
Ibu dengan Gangguan Dengar, Ibu yang Hebat, Pencetak Kartini Masa Depan!
Menyemarakkan hari Kartini yang jatuh di hari ini. Kami ingin mengucapkan satu pujian kami, untuk seorang ibu dengan gangguan dengar, yang tak pernah menyerah mendidik anak-anak mereka, baik yang memiliki pendengaran normal atau pun yang juga memiliki masalah pendengaran. Ibu adalah wanita yang hebat!
Ibu, makhluk ini sangat indah dan juga unik. Bayangkan, bagaimana ia berjuang melahirkan dan membesarkan anak-anak mereka. Di tengah kesibukannya mengasuh anak-anak, ia juga seorang wanita yang harus menjalankan tugasnya mengurus rumah tangga atau membantu suami mencari nafkah.
Komunikasi menjadi sesuatu yang sangat efektif, untuk membantu ibu menjalankan tugasnya sehari-hari. Dengan berkomunikasi kepada suami dan anak-anak, seorang ibu dapat mentransfer perintah dan juga memberikan solusi. Ketika seorang anak terlahir dengan gangguan dengar, komunikasi tentu menjadi sesuatu yang mengalami keterbatasan. Namun, bagi seorang ibu, keterbatasan nyatanya tak membuat mereka menyerah untuk terus berusaha berkomunikasi dengan anak-anak mereka.
Lalu, bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? Bagaimana jika justru ibu yang tidak bisa berkomunikasi dikarenakan mengalami gangguan dengar? Bagaimana cara mereka mentransfer sebuah perintah, memberikan solusi atau sekadar bercerita dan mendongeng pada anak-anak mereka? Bagaimana seorang ibu dengan gangguan dengar, bisa menjadikan anak-anak mereka tumbuh dan berkembang dengan baik.
Di Amerika, sebuah komunitas ibu dengan gangguan pendengaran, telah membuat blog dan komunitas mereka sendiri, dengan begitu mereka bisa saling berbagi satu sama lain. Seperti dikutip dalam laman healthyhearing.com, Lisa Goldstein, seorang ibu dengan gangguan dengar yang juga memiliki sebuah blog In My Head, senantiasa berbagi cerita, tentang bagaimana cara orang tua dengan gangguan dengar dalam mendidik anak-anak mereka. Goldstein juga memaparkan tentang, bagaimana pandangan dan perspektif anak-anaknya tentang keterbatasan yang dimiliki oleh orang tuanya.
Menurut Goldstein, sama halnya dengan orang tua yang yang memiliki anak dengan gangguan pendengaran, dimana komunitas sangat penting untuk mereka saling berbagi, begitu pun juga orang tua dengan gangguan dengar, yang memiliki anak-anak yang normal, mereka juga membutuhkan hal serupa. Goldstein memaparkan, dari seringnya ia berbagi pengalaman dengan cara menulis, ia telah berupaya untuk berbagi ilmu, dan merasa senang karena bisa membantu orang tua lainnya dengan cara tersebut.
Goldstein juga menerima banyak sekali umpan balik dari para orang tua yang memiliki gangguan dengar, terkait pengalaman-pengalaman yang dituliskannya. Bahkan beberapa artikelnya diambil untuk dijadikan panduan. Hal ini membuat seorang ibu dengan gangguan dengar, yang berhasil mengantarkan anak-anaknya ke kesuksesan menjadi merasa sangar berarti. Bukan hanya untuk dirinya dan anaknya, tetapi juga untuk masyarakat. Karena dari situ ada banyak ilmu yang diajarkan.
Lain Goldstein, lain juga pengalaman Johanne Fraser. Ibu dari dua anak laki-laki ini juga memiliki gangguan dengar, dan telah menggunakan alat bantu dengar. Dalam blognya MomWHearingLoss, ia berupaya berbagi pengalaman tentang bagaimana seorang ibu dengan gangguan dengar juga bisa memotivasi anak-anaknya, untuk sukses, mandiri dan mempunyai masa depan. Fraser tidak hanya bercerita tentang masalah gangguan dengar yang dihadapinya, tapi juga berupaya mengajak siapa pun yang memiliki masalah yang sama, untuk melihat dan menemukan sisi positif yang ada di baliknya.
Menurut Fraser, apa yang dimiliki oleh ibu dengan gangguan dengar adalah sesuatu pengalaman yang sangat menarik. Sesuatu yang sangat menantang ketika Anda menjadi seorang orang tua, sekaligus istri dan wanita yang memiliki keterbatasan mendengar. Sekalipun memiliki keterbatasan, menurut Fraser, teknologi telah membuatnya tetap bisa mendengar anak-anaknya menangis dan tertawa. Dan inilah yang diimpikan seorang ibu.
Ya, begitulah, ibu dengan gangguan dengar memang memiliki keunikan yang lebih spesifik. Wawasan mereka bisa dibilang lebih menakjubkan. Mereka harus bisa menjadi model peran untuk anak-anak mereka. Bukan hanya untuk anak, tetapi untuk para orang tua lain dengan kondisi yang sama.
Di Indonesia, ada banyak wanita yang juga telah menjadi seorang ibu yang memiliki gangguan dengar, namun tidak terekspos sepak terjangnya. Padahal dari tangan mereka juga telah lahir generasi bangsa yang cerdas. Kita bisa ambil contohnya Ibu Angky Yudistia, seorang wanita cerdas yang memiliki gangguan dengar dan saat ini tengah berjuang membesarkan anaknya untuk menjadi generasi bangsa yang bermanfaat. Atau ibunda dari Delia Marsya Ayu Lestari yang juga tunarungu namun bisa mencetak wanita-wanita cerdas seperti Marsya dan sang Kakak yang juga tunarungu, dan banyak lagi!
Ibu dengan gangguan dengar lebih dari sekadar wanita hebat. Dialah Kartini, dan akan mencetak banyak Kartini-Kartini lainnya!
Anda adalah ibu dengan gangguan dengar? Anda adalah seorang wanita yang hebat. Mari berbagi pengalaman Anda dalam menjadikan anak-anak Anda berprestasi dengan mengirimkan cerita Anda ke info@akubisamendengar.com.
Leave a Reply