Bagaimana Mengenali dan Mengatasi Bullying pada Anak dengan Gangguan Dengar?
Bullying pada anak dengan gangguan dengar memang sulit diungkapkan oleh sang anak. Namun, dengan melihat perubahan tingkah laku atau kebiasaan mereka, orang tua dan guru bisa menjadikannya sebagai salah satu tanda anak mengalami bullying.
Setelah sebelumnya dibahas mengenai, bagaimana pencegahan bullying pada anak dengan gangguan dengar di sekolah, saatnya untuk orang tua dan guru mengetahui juga, bagaimana cara untuk mengenali, apakah anak-anak mengalami bullying di sekolah atau di lingkungan sosial mereka.
Bullying pada anak, seringkali sulit dideteksi, karena anak jarang yang menceritakan hal tersebut, dikarenakan rasa malu, cemas atau takut. Bullying pada anak dengan pendengaran yang normal saja masih sering tidak terdeteksi, apalagi jika terjadi bullying pada anak dengan gangguan dengar. Maka, guru dan orang tua membutuhkan kerja keras untuk bisa mengungkapkannya.
Perilaku anak sehari-hari bisa menjadi salah satu hal yang bisa dengan cermat diamati oleh orang tua. Ketika anak mengalami bullying di sekolah mereka, sekalipun mungkin mereka enggan bercerita, namun dapat dipastikan ada yang akan berubah dari keseharian mereka. Tanda-tanda inilah yang bisa dikenali setiap orang tua. Sekolah yang memiliki aturan tentang manajemen bullying, dan aturan tentang kenyamanan di sekolah, biasanya akan membuatkan panduan kepada guru dan orang tua, tentang bagaimana mengenali jika anak mengalami bullying.
Baca: Peran Sekolah dan Orang Tua Anak dengan Gangguan Dengar dalam Mencegah Bullying di Sekolah
Bullying pada anak dengan gangguan dengar biasanya ditunjukan dengan pola tingkah laku keseharian yang mirip dengan anak normal lainnya. Yang lebih sulit pada kasus bullying pada anak dengan gangguan dengar adalah, mengajak anak tersebut untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Adapun gejala perubahan tingkah laku atau kebiasaan yang bisa diamati antara lain:
- Menjadi lebih pemarah.
- Sering terlihat stress atau malas ketika akan pergi ke sekolah.
- Perubahan pada penampilan, seperti menjadi lebih berantakan dan kusut,dan bisa juga menjadi kurang tersenyum.
- Suka merusak ketika di luar lingkungan sekolah, seperti di rumah, untuk melampiaskan kemarahannya.
- Menjadi lebih sering absen karena sakit yang terus terjadi, yang biasanya atas dampak psikologis.
- Kehilangan banyak teman.
- Sering menyendiri di sekolah.
- Malas bergabung dengan kelompok belajar.
- Seringkali justru membalas perlakukan tersebut dengan membully orang lain, di luar lingkungan sekolah sebagai pelampiasan.
Ketika gejala-gejala ini tiba-tiba saja muncul dan semakin lama semakin sering dirasakan, maka orang tua atau guru bisa menduga jika terjadi sesuatu hal yang negate pada anak. Walaupun begitu, tidak selalu anak yang menyendiri sudah pasti disebabkan oleh bullying. Karenanya, analisa harus dilakukan pada banyak perubahan prilaku yang kian progresif sifatnya.
Leave a Reply