Pentingnya Mengatasi Tinitus untuk Mencegah Penderita Bunuh Diri
Peran Dokter, Audiologis dan Psikiatris sangat besar untuk mengenali, sejauh mana pasien dengan keluhan tinitus mengalami depresi akibatnya. Dan bagaimana cara pasien mengatasi tinitus tersebut agar tidak membuat mereka berkeinginan untuk bunuh diri.
Dilangsir dalam sebuah laman situs healthyhearing.com, yang juga mengutip sebuah berita dari artikel dalam Action on Hearing Loss, disebutkan bahwa seorang laki-laki meninggal akibat ia tidak lagi bisa berdamai dengan tinitus atau denging di telinga yang dialaminya. Dan, yang membuat hati sedih adalah, ia meninggal dengan cara bunuh diri.
Bukan hanya itu, seorang pria usia 30 tahun dilaporkan juga melakukan hal yang sama, setelah ia merasa terus terganggu saat tidur, karena denging di telinga yang tidak pernah berhenti. Ketidakmanpuan mereka untuk mengatasi tinitus tersebut, membuat mereka memilih untuk mengakhiri hidup
Pada kasus tinitus yang sangat berat, pasien bisa datang ke dokter dengan banyak keluhan. Biasanya mereka merasa tinitus tersebut menjadikan mereka depresi. Dokter atau Audiologis yang mengerti tentang kondisi tinitus tersebut biasanya akan mengajak pasien untuk duduk santai, dan membicarakan apa yang sebaiknya mereka lakukan untuk mengatasi tinitusnya. Komunikasi, konseling dan edukasi dari dokter atau pun Audiologis sangat dibutuhkan untuk mereka yang mengalami keluhan sepanjang hari.
Sampai saat ini, belum banyak penelitian yang mengupas tentang hubungan antara tinitus dan keinginan bunuh diri. Dalam Journal of the American Academy of Audiology, peneliti Gary P. Jacobson dan Devin L. McCaslin merangkum dan mempublikasikan tentang hubungan keduanya yang diambil dari database milik Medline dan HealthStar, dengan tema tinitus dan keinginan bunuh diri. Terdapat sekitar 12 artikel yang mengupas tentang hal tersebut sejak tahun 1966 dan 2001.
Dalam rangkuman penelitian tersebut disebutkan bahwa, rata-rata orang dengan tinitus, yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, ternyata juga memiliki masalah yang terkait dengan mental dan psikologis, seperti depresi. Depresi dan tinitus pun memiliki hubungan timbal balik. Terkadang depresi tersebut memperburuk tinitus, dan tinitus itu sendiri menyebabkan depresi bertambah berat.
Sangat penting diketahui oleh Dokter dan Audiologis, bagaimana kondisi pasien di saat tinitus hadir. Peran psikiatris mungkin juga dibutuhkan untuk menilai sejauh mana pasien memiliki masalah psikologis, seperti depresi. Semakin tinggi depresi dirasakan, semakin sering juga tinitus terdengar, maka semakin tinggi juga keinginan mereka untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.
Untuk mereka yang memiliki tinitus, jangan mengabaikan keberadaannya, sekalipun menurut Anda tidak mengganggu. Ada baiknya Anda mengenali apa pemicu denging di telinga tersebut, sehingga Anda mengetahui apa yang sebaiknya Anda lakukan untuk mengatasi tinitus. Ada banyak penyebab tinitus, seperti stress, paparan suara bising dalam waktu lama dan sering, atau memang akibat kecelakaan yang menyebabkan trauma di kepala.
Semakin dini Anda mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi tinitus dan berdamainya, semakin mudah Anda menjalani kehidupan Anda ke depannya.
Sumber :
Leave a Reply