292016Aug
Bukan Hanya Gangguan Dengar, Tinitus juga Menyebabkan Penurunan Fungsi Kognitif Otak

Bukan Hanya Gangguan Dengar, Tinitus juga Menyebabkan Penurunan Fungsi Kognitif Otak

Tahukah Anda? Sekitar 70% orang yang memiliki tinitus, mereka pun merasa memiliki masalah dengan konsentrasi mereka.

Jika sebelumnya sering dibahas, bagaimana gangguan dengar yang diderita seseorang dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi kognitif otak, begitu juga dengan tinitus. Seseorang yang mengalami tinitus, sekali pun ia tidak memiliki gangguan dengar, juga berpotensi mengalami beragam gangguan kognitif otak. Awal mulanya bisa berasal dari masalah konsentrasi.

Di dalam sebuah penelitian yang dituliskan di The Hearing Journal oleh Tyler dan Baker, disebutkan bahwa, masalah gangguan konsentrasi pada seseorang yang memiliki tinitus adalah umum terjadi. Bahkan, gangguan konsentrasi atau kesulitan konsentrasi ini, menempati peringkat ketiga tertinggi yang paling sering akibat dari efek tinitus. Sekitar 70% orang yang memiliki tinitus, mereka pun merasa memiliki masalah dengan konsentrasi mereka.

Kehadiran tinitus dalam diri seseorang, membuat mereka mengalami kesulitan untuk menangkap kata-kata dari pembicara selama berdiskusi. Hal ini memang hampir sama efeknya dengan gangguan dengar. Hanya saja, beberapa orang peneliti menyebutkan bahwa, efek tinitus pada masalah gangguan konsentrasi ini, lebih buruk dibandingkan gangguan konsentrasi yang disebabkan oleh gangguan dengar.

Pada kebanyakan kasus, tinitus selalu mengalami fluktuasi, dan ini menjadi salah satu penyebab penurunan fungsi kognitif otak seseorang. Beberapa orang mengatakan, tinitus membuatnya sulit untuk menonton televisi, setelah seharian bekerja. Bahkan, bagi mereka yang sangat suka membaca, tinitus ini pun bisa sangat mengganggu. Mereka tak lagi bisa menikmati hobi mereka membaca buku ataupun majalah atau sekadar bersantai, karena terganggu oleh bising di telinga. Fluktuasi di sini maksudnya adalah, bisa jadi selama mereka bekerja di kantor suara tinitus tersebut tidak terlalu terdengar, namun saat mereka ingin beristirahat, melakukan hobi yang mereka sukai, justru tinitus mengeras.

Dengan keadaan seperti ini, seseorang tidak lagi bisa menikmati hobi mereka. Bahkan sekadar untuk membaca atau beristirahat pun menjadi sulit bagi mereka. Pada pasien usia lanjut, mengontrol tinitus dan mengalihkan pikiran mereka dari bunyi yang aneh tersebut terbilang tidak mudah. Hal ini yang menyebabkan, mereka lebih rentan mengalami penurunan fungsi kognitif otak dan juga penurunan daya ingat. Pada orang yang usianya lebih muda, mereka masih terus berusaha agar pikiran mereka bisa dialihkan dari suara tinitus tersebut, dengan bersikap tidak peduli dan sebagainya.

Orang-orang yang sangat peduli dengan tinitus yang mereka miliki, akan sesering mungkin mengecek keadaan tinitus mereka, dengan cara merasakan apakah suara tersebut terdengar lebih keras, apakah ada perubahan bentuk suara dan sebagainya. Tentu, berkonsentrasi untuk mengetahui bagaimana keadaan tinitus Anda setiap saat bukan hanya menjengkelkan, tetapi juga seolah menghabiskan waktu. Terlebih lagi kita semua tau bahwa tinitus bersifat fluktuasi.

Tambahan lainnya, tinitus juga sangat dipengaruhi dengan keadaan emosional seseorang. Dan, banyak orang yang ternyata tidak bisa mengontrol emosionalnya karena tinitus. Jadi hal ini seolah terjadi feedback. Emosi menyebabkan tinitus dan tinitus menyebabkan emosi. Ketika emosi ini menyebabkan tinitus, saat itulah masalah konsentrasi akan terjadi. Beberapa masalah emosional yang bisa menyebabkan tinitus adalah stress dan masalah kecemasan.

Dikarenakan tidak ada keraguan di banyak peneliti bahwa masalah tinitus dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif otak, maka hal ini harus digarisbawahi oleh semua tenaga ahli kesehatan telinga dan pendengaran, bahwa masalah tinitus pada pasien bukan lagi masalah ringan, dan harus dicarikan solusinya.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *