Terapi Toksoplasmosis Sejak Dini, Kurangi Faktor Risiko Gangguan Dengar pada Anak
Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif kah terapi toksoplasmosis yang dilakukan untuk mengatasi infeksi, sehingga dapat membantu meringankan gejala gangguan dengar yang timbul seiring dengan pertambahan usia anak
Dalam banyak penelitian dikatakan bahwa, terapi toksoplasmosis sejak dini efektif untuk mengurangi risiko terjadinya gangguan dengar pada anak yang baru lahir. Dalam hal ini , seorang peneliti di Brazil mencoba melakukan investigasi dengan melihat perkembangan bayi yang baru lahir, yang terinfeksi toksoplasmosis.
Dari sekitar 30.808 bayi yang dilahirkan, dilaporkan 20 di antaranya mengalami infeksi toksoplasmosis dan sudah teridentifikasi sejak lahir. Sekitar 15 orang di antaranya bersifak asimtomatic dan 19 di antaranya akhirnya melakukan test pendengaran. Dari 19 orang yang melakukan test pendengaran, 6 bayi teridentifikasi mengalami gangguan dengar sensorineural sejak lahir, dengan derajat ringan sampai sangar berat. Sedangkan sisanya baru mengembangkan gangguan dengar seiring dengan pertambahan usia mereka.
Dikutip dalam deafness.about.com, sampai saat ini terapi toksoplasmosis pada bayi yang baru lahir masih sangat terbatas dan kadang diabaikan untuk dilakukan. Dari penelitian lanjutan yang dilakukan, satu bayi mendapatkan terapi toksoplasmosis hanya sekitar 3 bulan, satu bayi mendapatkan terapi selama 10 bulan, dan ada dua bayi yang mendapatkan terapi konsisten untuk 12 bulan.
Beberapa peneliti berkesimpulan, terapi untuk mengatasi toksoplasmosis pada bayi yang baru lahir ini dilakukan dengan konsisten, namun tidak memiliki kecenderungan untuk bisa mengembalikan pendengaran menjadi lebih baik, atau mencegahnya. Peneliti menyebutkan bahwa, toksoplasmosis dapat menyebabkan gangguan dengar pada hampir 20% bayi yang lahir. Hal ini yang menyebabkan toksoplasmosis disebut sebagai salah satu faktor risiko terjadinya gangguan dengar pada bayi yang baru lahir.
Peneliti dari Kanada telah melakukan review terhadap lima macam penelitian untuk anak yang terlahir dengan toksoplasmosis, dan menemukan bahwa, terapi yang dilakukan sejak dini akan memberikan hasil yang lebih baik. Pada anak bayi yang baru lahir, dan tidak mendapatkan terapi apapun, aka nada kemungkinan mengalami gangguan dengar sebesar 28%, yang bersifat sensorineural.
Bayi yang mendapatkan terapi toksoplasmosis untuk 12 bulan secara konsisten, yang dimulai sejak usia 2,5 bulan, kemungkinan mendapatkan gangguan dengar yang bersifat sensorineural adalah 12%, sedangkan bayi yang mendapatkan terapi toksoplasmosis selama 12 bulan dimulai sebelum usia 2,5 tahun, kemungkinan untuk mereka mendapatkan gangguan dengar turun menjadi 0%.
Di Chicago, sebuah penelitian dilakukan pada sekitar 120 anak bayi yang baru lahir, yang membawa infeksi toksoplasmosis. Pada bayi ini, dilakukan terapi sejak dilahirkan sampai usia 12 bulan. Hasilnya menyebutkan bahwa, hampir semua bayi terlahir dengan toksoplasmosis ringan, mereka tidak mendapatkan gejala-gejala penyakit seirin pertambahan usia mereka, termasuk gangguan dengar dan gangguan perkembangan. Sedangkan bagi anak dengan toksoplasmosi yang berat, sekitar 72% dari mereka yang diterapi sejak lahir, tidak menunjukan gejala gangguan dengar seiring pertambahan usia mereka.
Dengan beberapa data review ini, disebutkan bahwa, memang benar toksoplasmosis adalah salah satu faktor risiko dari gangguan dengar. Namun, terapi sedini mungkin terhadap toksoplasmosis yang dilakukan selama 12 bulan secara konsisten, ternyata mampu menurunkan faktor risiko terjadinya gangguan dengar pada anak, seiring dengan pertambahan usia mereka.
Leave a Reply